10 Foto Monumen Jalesveva Jayamahe, Tiket Masuk Monjaya Surabaya Sejarah
[ad_1]
Alamat Atau Alamat Tempat Wisata: Ujung, Semampir, Kota SBY, Jawa Timur 60155
Peta Lokasi Di Google: (Klik Koordinat)
Harga Tiket Masuk: IDR 5.000 per Orang
Jam Buka: Senin – Jum’at, 08.00 – 17.00 WIB
Nomor Telp: 031-3201519
Daftar Isi
Wahana Liburan
Kota Surabaya sekarang ini sudah banyak mempunyai wahana liburan dan fasilitas ruang publik yang dibangun untuk warga sekitar ataupun pelancong yang kebetulan sedang berwisata.
Bermacam-macam obyek liburan yang menarik di Kota Surabaya ini benar-benar banyak, dari wisata pendidikan, wisata alam, wisata sejarah amat lengkap di kota pahlawan ini.
Oleh karena itu Surabaya sudah memperoleh julukan sebagai kota pahlawan karena di sini banyak para pahlawan yang gugur di medan perang demi mempertahankan dan menjaga Kemerdekaan RI ketika itu.
Monumen Jalasveva Jayamahe merupakan salah satu yang dibangun untuk mengenang jasa prajurit TNI Angkatan Laut yang ikut serta gugur dalam pertempuran di Surabaya.
Format gaya arsitektur Monumen Jalasveva Jayamahe merupakan seorang prajurit TNI AL dengan seragamnya. Lokasinya terletak di wilayah Tanjung perak atau lebih tepatnya di ujung paling barat Dermaga Madura.
Monumen Jalasveva Jayamahe ini terdiri dari dua bangunan yakni patung perwira dengan tinggi sekitar 30,6 meter dan dibawahnya terdapat gedung bundar setinggi lebih kurang 30 meter, sehingga keseluruhan yaitu 60,6 meter.
Sejarah Singkat
Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya)menggambarkan seorang perwira TNI menengah Angkatan Laut beIDR kaian lengkap (tenue PDU 1) menatap ke arah laut.
Monumen ini mewakili generasi penerus yang dengan penuh keyakinan dan kesungguhan siap menerjang ombak serta menempuh badai menuju arah yang dijelaskan sebagai cita-cita bangsa Indonesia.
Dengan demikian, Monumen Jalesveva Jayamahe menandakan tongkat estafet dari generasi pendahulu menyelesaikan tugas kepada generasi selanjutnya.
Monumen yang dibangun di bagian ujung barat Dermaga Madura ini mempunyai fungsi sebagai menara lampu pemandu (Mercusuar) bagi kapal-kapal yang berlayar di sekitarnya.
Patung pejuang yang mempunyai tinggi 31 meter tersebut berdiri di atas gedung setinggi 29 meter.
Pada beberapa dinding gedung dibuat diorama sejarah kepahlawanan pejuang-pejuang bahari (TNl AL) semenjak zaman pra revolusi phisik hingga tahun 90-an. Gedung ini juga sebagai “Executive Meeting Room”.
Monumen ini juga sesuai dengan logo angkatan laut Jalesveva Jayamahe yang mempunyai artinya, Di Laut Kita Berjaya.
Monumen ini didirikan di tahun 1993 oleh Pemimpin Kepala Staf TNI Angkatan Laut Maritim Indonesia dan kemudian diteruskan dengan Laksamana TNI Muhamad Arifin dimana didesain oleh I Nyoman Nuarta.
Selain sebagai monumen, gedung ini juga dipakai sebagai mercusuar untuk kapal – kapal yang berada di laut sekitar (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Monumen_Jalesveva_Jayamahe).
Sebagai pematung dan arsitek semua bangunan yaitu Drs. Nyoman Nuarta yang bergabung dalam Nyoman Nuarta Group.
Pembangunannya dikerjakan semenjak tahun 1990 dan diresmikan pada bulan Desember 1996, yaitu bertepatan dengan ulang tahun TNI AL (dulu|dahulu Hari Armada TNI AL) tanggal 5 Desember 1996 oleh Presiden kedua Indonesia, Soeharto.
Untuk teknik pembuatan patung perwira itu membutuhkan lebih dari 3000 ton bahan tembaga, jadi tak mengherankan kalau pembuatan patung itu membutuhkan biaya hingga IDR 27 Milyar pada saat itu.
Pembuatan monumen yang memakan biaya yang cukup besar tersebut, dananya diperoleh dari swadaya warga TNI AL.
Dan bantuan dana berasal dari rakyat yang secara suka rela baik berupa sponsorship dari perusahaan – perusahaan ataupun pihak lain yang tertarik pada pembuatan Monumen Jalesveva Jayamahe.
Konsep Asal Usul
Latar belakang berdirinya Monumen ini karena adanya gagasan, bahwa bagaimana majunya suatu bangsa hendaknya patut konsisten beIDR jak pada sejarah.
Dalam artian lain “Bangsa yang besar merupakan Bangsa yang dapat menghargai jasa Pahlawannya”.
Dari sekian banyak Pahlawan dan sesepuh yang sudah berjasa dalam merintis, menegakkan serta mengisi kemerdekaan Negara Republik lndonesia, termasuk didalamnya para Pahlawan yang pengabdiannya lewat TNI Angkatan Laut.
Tidak terbilang perjuangan yang sudah mereka donasikan kepada bangsa ini. Malah jiwapun mereka berikan.
Cuma beberapa kecil dari mereka yang kita ketahui, sebagian Pahlawan diantaranya sudah diabadikan menjadi nama-nama Kapal Perang Republik lndonesia maupun bangunan-bangunan penting.
Kecuali sebagai petunjuk penghargaan dan kenang-kenangan dari generasi penerus yang masih hidup.
Juga diinginkan bisa memberi dorongan untuk meneruskan pengorbanan mereka menuju tercapainya cita-cita Angkatan Laut yang jaya dalam wadah Negara Republik lndonesia yang adil dan makmur.
Tapi generasi penerus masih merasa kurang dalam membalas jasa-jasa dan memberi penghargaan bagi mereka, serta yakin tiada jumlah dan penghargaan yang setara dengan perjuangan mereka.
Meskipun para Pahlawan tidak menginginkan imbalan apa saja tapi diinginkan untuk meneruskan ambisi dan motivasinya lewat|via|melewati pengorbanan dalam mengisi kemerdekaan.
Tahun 1945 sudah diproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia, kemerdekaan negara tercinta ini genap berusia 45 tahun.
Tongkat estafet pengorbanan sepenuhnya sudah dialihkan terhadap generasi pengisi dan penerus pembangunan. Karen itu tahun 1990, bisa dianggap sebagai tombak dalam sejarah pengorbanan Bangsa.
Sebab itu generasi penerus TNI AL bersama masyarakat yang lain, berharap menghadirkan sesuatu yang istimewa, berupa pembangunan suatu monumen yang peletakan batu pertamanya dikerjakan pada tanggal 5 Desember 1990.
Dengan pembangunan monumen ini, generasi penerus mencoba merekam masukan heroik para pendiri dan sesepuh TNI AL dalam pengabdiannya merintis, menegakkan dan mengisi kemerdekaan lewat Angkatan Laut.
Dan sekalian bisa mengobarkan motivasi pengorbanan untuk mengisi kemerdekaan untuk generasi penerus pada saat ini atau berikutnya.
Tanpa melupakan momen-momen bersejarah yang terjadi di Sibolga, Tegal, Pasuruan, Bali atau dimana saja di tanah air lndonesia ini.
Sebagai komponen kawasan kota Pahlawan Surabaya yang memang tidak dapat dipisahkan dari sejarah TNI AL, adalah terjadinya momen merebut Kaigun SE 21/24 Butai pada 3 Oktober 1945.
Yang mana dilambangkan dengan sumpah oleh para Bahariawan Penataran Angkatan Laut (PAL) yakni “Aku rela & iklas mengorbankan Jiwa raga, harta ataupun benda untuk Nusa & Bangsa”.
Dalam pagelaran momen sejarah TNI AL berikutnyapun Ujung beIDR ran benar – benar penting, adalah Home Base(Pangkalan Utama) kapal – kapal perang TNI AL terbesar sampai sekarang.
Sehingga tidaklah terlalu mengada-ada kalau beberapa masyarakat menamakan kota Surabaya sebagai kota pelaut atau kota Angkatan Laut.
Sebab itu layaklah bilamana Monumen Jalesveva Jayamahe dibangun di Ujung Surabaya. Berikut tadi deskripsi singkat mengenai monument tersebut.
Akses Jalan
Terdapat dua jalan yang dapat kalian lalui untuk tiba ke Pintu Gerbang Armatim. Di jalan yang pertama yaitu dari arah jalan Perak Timur, kalian dapat masuk ke Jembatan Petekan.
Untuk jalan yang kedua ke arah lokasi museum ini berasal dari arah jalan Sidotopo. Dua jalan ini akan bertemu di depan pintu gerbang Armatim. Di pintu gebang tersebut, letak monumen berjarak kira – kira tiga hingga empat kilometer.
Untuk pengunjung yang mau ke lokasi ini dengan beramai – ramai atau rombongan nantinya bisa mendapatkan pemandu wisata di lokasi ini.
Pemandu wisata itu akan memberikan penjelasan pada setiap lokasi yang berada di Monumen Jalesveva Jayamahe tersebut. Dan para pengunjung bisa foto – foto di area monument ini.
Buka Jam Berapa
Monumen Jalesveva Jayamahe tersebut buka pada hari Senin hingga hari Jum’at, mulai pukul 07.30 hingga pukul 17.00.
Jika diluar dari hari tersebut, seperti hari Sabtu – Minggu atau hari libur nasional tidak diperbolehkan mengunjungi monument tersebut. Untuk masuk ke area ini biaya tiket masuk tidak dikenakan tarif.
[ad_2]