10 Foto Museum Fosil Purbakala Sangiran, Tiket Masuk Jam Buka Koleksi Sejarah Alamat Letak Geografis
[ad_1]
Alamat Atau Alamat Tempat Wisata: Krikilan, Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah 57275
Peta Lokasi Di Google: (Klik Koordinat)
Harga Tiket Masuk: Turis domestik IDR 11.500,- , Turis Lokal IDR 8.000,-
Jam Buka: Selasa – Minggu, 08.00 – 16.00 WIB
Nomor Telp: –
Salah satu obyek tamasya menarik di Kabupaten Sragen ialah Museum Sangiran berada di dalam wilayah Kubah Sangiran. Kubah hal demikian beIDR sisi di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).
Kehadiran Sangiran adalah model ilustrasi kehidupan manusia masa lampau, sebab situs ini terdapat situs fosil manusia purba paling komplit di Jawa.
Luasnya mencakup 56 km² dan terdiri atas 3 kecamatan di Kabupaten Sragen yakni Gemolong, Kalijambe dan Plupuh, serta satu kecamatan di Kab.Karanganyar yaitu Gondangrejo.
Museum ini merupakan situs khusus untuk pengembangan bermacam – macam bidang ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang antropologi, arkeologi, paleoantropologi, biologi, geologi serta kepariwisataan.
Eksistensi situs tersebut berguna untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah sebab dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil – hasil kultur, fosil flora dan fauna beserta ilustrasi stratigrafinya.
Lokasi ini dilalui oleh sungai menawan yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Tempat ini pernah mengalami pengikisan tanah sehingga lapisannya terlihat terang berbeda antara lapisan satu dengan yang lain.
Dari lapisan-lapisan tanah inilah banyak ditemukan fosil – fosil manusia ataupun hewan purba.
Laboratorium fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi, Bandung dan Diamati Paleoantropologi, Yogyakarta.
Situs dari hasil temuannya, Situs Sangiran adalah situs prasejarah yang mempunyai peran penting dalam memahami cara kerja evolusi manusia purbakala di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran masuk sebagai Warisan Dunia Nomor 593 oleh Komite World Heritage pada saat peringatan ke-20 tahun di Merida, Meksiko.
Museum Purbakala
Obyek tamasya menarik ini berada di Kabupaten Sragen wilayah Kalijambe, tepatnya di Depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (kurang lebih 17 km dari Kota Solo).
Penelitian seputar manusia dan hewan purba dimulai oleh G.H.R.Von Koenigswald, seorang pakar paleoantropologi dari Jerman dan bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an.
Beliau adalah orang yang sudah berjasa melatih masyarakat untuk mengenali fosil. Hasil penelitian kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, hingga tahun 1975.
Pada waktu itu banyak pelancong datang berkunjung ke daerah ini, karenanya muncullah pandangan baru untuk membangun sebuah museum.
Pada mulanya Museum ini dibangun di atas tanah seluas 1.000 m² yag berada di samping Balai Desa Krikilan.
Museum yang representatif ini baru dibangun pada tahun 1980 sebagai tempat penyimpanan fosil yang ditemukan dan sekalian untuk melayani keperluan para pelancong. Luas bangunanya sekitar 16.675 m² dengan ruangan kisaran 750 m².
Bangunan bergaya joglo ini terdiri dari ruang pameran, lab, auditorium, peIDR stakaan, ruang audio visual (daerah pemutaran film seputar kehidupan manusia prasejarah).
Lalu ada juga gudang penyimpanan, zona parkir, mushola, kamar kecil dan toko suvenir (secara khusus memasarkan handicraft ‘batu cantik bertuah’ yang bahan bakunya didapatkan dari Kali Cemoro).
Museum Sangiran ini selalu melakukan penataan dan penambahan bangunan serta fasilitas penunjang untuk mempertegas keberadaannya sebagai warisan dunia.
Dan mempunyai peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kini museum tersebut sudah berevolusi menjadi sangat megah dengan arsitektur modern.
Sejarah Singkat
Situs manusia purba disini merupakan warisan dunia yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 6 Desember 1996.
Situs yang mencakup 2 kabupaten yakni Sragen dan Karanganyar ini memiliki luas 56 km dan diakui sebagai tempat cagar alam.
Pada tahun 1977 di Situs ini didirikan sebuah museum dengan nama Museum Prasejarah Sangiran. Sebelum berdiri, seluruh fosil ditempatkan di rumah Kepala Desa Krikilan yang bernama Toto Marsono.
Dengan sejumlah penemuan, rumah Toto Marsono pun semakin takmuat, karenanya didirikanlah sebuah Museum Prasejarah Sangiran dengan tema “Apresiasi Sejarah Peradaban Manusia”.
Sangiran semakin dikenal oleh dunia karena kedatangan para peneliti asing yang pada masa itu Indonesia masih dijajah Belanda.
Seorang peneliti bernama Eugene Dubois pernah datang meneliti di lokasi ini namun akhirnya tak cocok kemudian memindahkan tempat penelitiannya.
Pada tahun 1891, Dubois menemukan fosil Pithecanthropus erectus di Trinil Ngawi. Peneliti yang datang meneliti di lokasi itu yaitu von Koenigswald, penemu Homo erectus dan fosil aneka hewan.
Dari bermacam – macam penelitian, disimpulkan bahwa persebaran Homo erectus di Jawa berada di tempat Sambungmacan, Trinil, Mojokerto dan Ngandong.
Manusia purba sudah punah diperkirakan sebab hujan meteorit, letusan gunung berapi dan perubahan lingkungan yang cukup drastis.
Akses Ke Lokasi
Museum Purbakala terletak sekitar 17 kilometer arah utara Kota Solo. Untuk menuju spot ini, pelancong dapat menelusuri jalanan Kalijambe.
Jika berangkat dari Yogyakarta, silahkan menuju ke utara yakni ke jalan Kalijambe – Sangiran. Anda juga bisa berangkat dari Semarang dengan jarak tempuh sekitar 100 kilometer dan akan melewati Purwodadi.
Rute lainnya, dari Semarang dapat melalui Salatiga, Gemolong, Karang Gede (Boyolali), Kalijambe, kemudian Sangiran.
Bila berangkat dari Surabaya, pelancong harus menempuh jarak sekitar 280 kilometer, melalui jalanan Madiun – Ngawi, kemudian menjelang Sragen dan dilanjutkan menuju jalanan Kalijambe menuju Sangiran.
Bagi pelancong dari luar Jawa sebaiknyamenggunakan kendaraan sendiri atau Bus Laboratorium Pariwisata untuk ke museum ini.
Koleksi Museum
- Fosil manusia, antara lain Pithecanthropus mojokertensis (Pithecantropus robustus), Australopithecus africanus, Pithecanthropus erectus, Meganthropus palaeojavanicus, Homo soloensis, Homo neanderthal Asia, Homo neanderthal Eropa & Homo sapiens.
- Fosil hewan bertulang belakang, antara lain Mastodon sp (gajah), Elephas namadicus (gajah), Stegodon trigonocephalus (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis palaeojavanica (harimau), Rhinocerus sondaicus (badak), Sus sp (babi), Bovidae (sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa & domba).
- Fosil hewan air, antara lain ikan, Crocodillus sp (buaya), kepiting, gigi ikan hiu, Mollusca (kelas Pelecypoda & Gastropoda), Hippopotamus sp (kuda nil), Chelonia sp (kura-kura), & foraminifera.
- Batu-batuan, antara lain Meteorit/Taktit, Diatome, Agate, Kalesdon, Ametis.
- Alat-alat batu, antara lain serut, gurdi, seIDR h, bilah, kapak persegi, bola batu dan kapak perimbas-penetak.
Keseluruhan fosil yang sudah ditemukan hingga dikala ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 disimpan di Ruang Pameran Museum dan 10.875 di gudang penyimpanan.
Sementara fosil manusia purba disimpan di Lab Museum Geologi Bandung serta Paleoanthropologi Yogyakarta.
Di ladang fosil ini kalian bisa memperhatikan komponen yang bertebing terjal yakni stratigrafi menonjolkan 4 formasi (lapisan tanah).
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan usia relatif serta distribusi perlapisan tanah sjuga inteIDR etasi lapisan – lapisan batuan untuk membeberkan sejarah Bumi.
Eksistensi Pekan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara kongkret kalian bisa mengamati tempat inovasi kreatif serta lapisan stratigrafi yang telah berumur jutaan tahun.
Areal tersebut memiliki luas 56 km² dan menjadi salah satu aset penting baik secara nasional atau pun internasional.
Fasilitas Yang Ada
- Gapura Masuk Musem & Loket Masuk
Gapura ini berfungsi berfungsi sebagai tempat penjualan karcis bagi wiasatawan yang mau berkunjung ke museum.
Jam Kunjungan:
Selasa – Minggu, Pukul 08.00 – 16.00 WIB
Karcis:
Wisatawan Domestik IDR 5.000
Wisatawan Mancanegara IDR 11.500
- Area Parkir
- Klaster Museum Sangiran
Kementerian Kawasan & Kebudayaan beserta Kementerian Pariwisata sudah mengoptimalkan Museum menjadi 5 klaster.
5 klaster tersebut yaitu Museum Purba Klaster Ngebung, Krikilan, Dayu, Bukuran, dan Museum Lapangan Manyarejo.
Pemerintah menciptakan Klaster Krikilan sebagai Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP), demi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai sejarah nenek moyang manusia.
Di Klaster Krikilan terdapat 3 ruang pameran. Ruang Pamer 1 mengenai Kekayaan(Wealth of Sangiran), Ruang Pamer 2 mengenai Langkah – Langkah Kemanusiaan (Steps of Humanity).
Dan Ruang Pamer 3 mengenai Masa Keemasan Homo Erectus – 500.000 Tahun yang Lalu (Golden Era of Homo Erectus – 500.000 Years Ago).
Masing – masing ruangan memiliki luas berbeda-beda serta memajang bermacam-macam poster, foto, diorama, replika ragam manusia serta binatang purba yang pernah hidup di dunia, komplit dengan keterangan berbahasa Indonesia maupun Inggris.
Klaster Dayu, berjarak sekitar 6 kilometer dari Klaster Krikilan, dan menyimpan model riil lapisan tanah dari bermacam – macam era.
Mulai Formasi Pucangan (Plestosen Bawah 1,8 Juta – 900 ribu tahun lalu), sampai Formasi Notopuro (Plestosen Atas 250 ribu – 100 ribu tahun lalu).
Penyajian info di Klaster Dayu juga dilengkapi dengan kecanggihan teknologi terbaru. Pengunjung dapat merasakan fasilitas menerapkan teknologi berbasis aplikasi yang disediakan oleh Google Store.
Selain itu, pengunjung bisa memakai telepon genggam pintar atau smartphone mereka untuk mendapatkan info pada obyek pamer.
Fitur info diberi tahu dalam aplikasi itu berupa info virtual yang berbentuk artikel, bunyi dan obyek 3D.
Sedikit menjauh 2 kilometer dari Klaster Dayu dan harus melewati serta menyeberang Sungai Dayu, terdapat Klaster Nano.
Nama ‘nano’ diberi sebab klaster ini berukuran lebih kecil ketimbang klaster lainnya. Walau demikian, Klaster Nano menaruh sejarah purba yang tidak kalah besar.
Pengunjung dapat menikmati sensasi menyusuri penemuan kreatif temuan fosil tengkorak manusia purba terlengkap di klaster ini.
Klaster Nano menjadi zona penelitian Kawasan Penelitian Arkeologi Nasional dan Museé National de’Naturelle Historie (MNHN) dari tahun 2009. Hasil penelitiannya juga dipamerkan untuk pengunjung.
- Toilet
- Audio Visual
Ruang audio visula ini, masih baru dan baru selesai dibangun, sehingga belum dapat beroperasi.
- Penginapan Para Peniliti
- Ruang Pameran Utama
- Gardu Pandang Sangiran
Untuk meningkatkan pelayanan terhadap para pelancong, di Pekan ini sudah dibangun Menara Pandang danWisma Sangiran.
Para pelancong dapat merasakan estetika dan keasrian pemandangan di sekitar Pekan ini dari ketinggian melewati Menara Pandang Sangiran.
- Penginapan
Untuk memenuhi keperluan penginapan nyaman bagi para pelancong di Minggu Sangiran sudah dibangun Wisma (Guest House) yang terletak di sebelah Menara Pandang Sangiran.
Wisma Sangiran ini berbentuk joglo (rumah adat Jawa Tengah) dengan ornament – ornamen khas Jawa yang dilengkapi dengan pendopo sebagai lobby.
Eksistensi Wisma ini benar – benar mendukung aktivitas yang dikerjakan oleh para tetamu terutama bagi mereka yang melaksanakan penelitian (research) perihal eksistensi fosil di Minggu.
Wisma ini mempunyai fasilitas yang cukup memadai, seperti 2 Deluxe Room dan sudah dilengkapi dengan double bed, bath tub, shower, meja rias, washtafel juga rak.
Untuk standard Room terdiri dari 3 kamar dilengkapi dengan bak mandi, double bed, washtafel dan meja rias.
Sementara ruang keluarga dilengkapi dengan meja, bangku sebagai tempat duduk makan, kitchen set, pendopo (lobby) serta daerah parkir.
Bahkan juga disediakan kendaraan beroda 4 (mini train) untuk mempermudah mobilitas para pelancong yang hendak berkunjung ke Pekan Sangiran.
- Penjual Cinderamata
[ad_2]